3 Alat Musik Petik Tradisional Asli Indonesia

Alat Musik Petik Tradisional Alat Musik Petik Tradisional

Indonesia merupakan salah satu negara terindah yang menyimpan banyak kekayaan alam dan juga budaya, salah satunya terletak pada keanekaragaman alat musik petik tradisionalnya.

Alat musik petik dapat menghasilkan bunyi dari gerakan senar atau dawai yang di petik dengan jari. Berbeda dengan negara lain, Indonesia memiliki keunikan dalam bunyi yang dihasilkan, fungsi tak biasa dari alat musik petik tradisional ini dimainkan serta bahan material yang digunakan untuk membuatnya. Berikut ini kita telah merangkum 3 alat musik petik tradisional asli buatan Indonesia, yuk simak pembahasaannya!

  1. Ketadu Mara

    Ketadu mara atau juk merupakan alat musik petik tradisional asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbentuk seperti gitar gambus, namun bagian badan ketadu mara lebih lonjong dan hanya memiliki dua buah senar saja. Alat musik petik ini berbahan utama kayu, bunyi yang dihasilkan dari ketadu mara terdengar seperti "fuuu".

    Masyarakat NTT pada umumnya memainkan ketadu mara saat istirahat kerja di sawah ataupun di padang rumput. Percaya tak percaya, masyarakat NTT menyatakan bahwa bunyi petikan ketadu mara dapat mengajak cicak bernyanyi, tak hanya itu, hasil petikan ketadu mara juga disukai oleh makhluk tak kasat mata.

  2. Sape

    Sape merupakan alat musik petik tradisional asal Kalimantan Timur yang terbuat dari kayu adau dengan panjang sekitar 1 meter, alat musik yang sekilas mirip gitar ini memiliki corak ukiran indah khas Suku Dayak yang dominan.

    Sape dapat menghasilkan bunyi yang merdu sehingga sering digunakan untuk mengiringi acara pernikahan dan selamatan suku Dayak.

  3. Sasando

    Alat musik petik tradisional yang sempat menghiasi uang kertas Rp 5.000,- beberapa dekade silam. Sasando berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dipercaya oleh masyarakat Rote sejak abad ke-7.

    Bagian utama Sasando yang berbentuk panjang seperti tabung terbuat dari kayu bambu dan ditutupi setengah bagian seperti kipas cekung memakai daun lontar. Alat musik petik tradisional ini mempunyai dua jenis struktur nada, yakni sasando gong dan sasando biola. Jika Sasando gong memakai skala nada pentatonik dengan 12 senar dan hanya bisa dimainkan pada lagi-lagu daerah Rote, sementara Sasando biola menggunakan skala nada diatonik dengan 48 senar dan dapat memainkan lagu-lagu variasi hingga modern.