Road to Ramadan: Kenali Nyadran, Tradisi Jelang Puasa melalui Yogyakarta!

 Road to Ramadan: Kenali Nyadran, Tradisi Jelang Puasa melalui Yogyakarta! Road to Ramadan: Kenali Nyadran, Tradisi Jelang Puasa melalui Yogyakarta!

ARTIKEL - Kurang mengenai sebulan lagi Ramadan 1444 Hijriah tiba.

Seperti diketahui, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1444 Hijriah jatuh demi 23 Maret 2023.

Indonesia bagaikan negeri dengan 1001 budaya, mempunyai berbagai tradisi jelang Ramadan salah langka merupakan nyadran nan bermula daripada Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dikutip dari laman kebudayaan.jogjakota.go.id lewat ayojakarta.com ala 27 Februari 2023, nyadran berasal dari Bahasa Sansekerta 'Sraddha' nan berarti keyakinan. 

Tradisi mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan memuat berbagai macam seni budaya, seiring berjalannya durasi mengalami proses perkembangan budaya dan asimilasi demi budaya aktual.

Tradisi nyadran dilakukan sebab orang Jawa dekat bulan Syaban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa) bagi mengucapkan rasa syukur secara kolektif atas mengunjungi makam atau kuburan leluhur.

Selain jadi sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia hingga mengingatkan diri hendak kematian, nyadran pun dijadikan jadi sarana gunamelestarikan budaya gotong royong dan menjaga keharmonisan berteskala melalui kegiatan Kembul Bujono (makan bersama).

Tradisi nyadran terdiri dengan kira-kira aktivitas, yaitu pemcemerlangan makam leluhur dengan kotoran selanjutnya rerumputan, arak-arakan atau iringan peserta nyadran menuju dunia upacara adat dilangsungkan.

Setelah menyampaikan maksud daripada serangkaian upacara adat nyadran sama pemangku adat, ada doa bersama yang ditujukan kepada roh leluhur yang sudah meninggal dan dikap makan bersama.

Masyarakat menggelar Kembul Bujono atau makan bersama beserta setiap keluarga yang mengikuti kenduri bersama wajib membawa makanan sendiri.

Makanan akan dipimpin berupa ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur atas lauk rempah, perkedel, tempe selanjutnya paham bacem selanjutnya lain deminya.

Bawaan kenduri atau bungkusan makanan masing-masing kelak diletakkan di depan demi didoakan karena pemuka agama sedaerah demi mendapatkan berkah dan kelak makanan tersebut ditukar antar keluarga demi saling berbagi.

Nilai-nilai di masyarakat bagaikan gotong royong, pengorbanan, ekonomi, menjalin silaturahmi memakai saling berbagi antar masyarakat medahului makan bersama agak ditekankan selain nilai agama yaitu mengirimkan doa kepada leluhur.

Tradisi nyadran dilakukan dengan kearifan lokal masing-masing sesampai-sampai ditemukan perbedaan kedalam jalani pelaksanaannya di kira-kira ajang, bahkan ada adapun menampilkan berbagai kesenian khas daerah tercatat sebagai unsur pertunjukan.***