Penangkapan Pangeran Diponegoro, 28 Maret 1830

Penangkapan Pangeran Diponegoro Penangkapan Pangeran Diponegoro

Penangkapan Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830 merupakan peristiwa bersejarah yang tak terlupakan bagi masyarakat Indonesia. Saat itu, bertepatan dengan hari kedua lebaran, 2 Syawal 1245 Hijriah, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Letnan Jendral Hendrik Merkus de Kock mengundang Pangeran Diponegoro untuk datang ke Wisma Keresidenan Magelang, sebagai simbol silaturahmi dan mengakhiri permusuhan dengan cara menandatangani perjanjian damai yang telah disiapkan oleh Belanda.

Namun sayangnya, Pangeran Diponegoro yang sudah datang dengan niat baik untuk memenuhi undangan tersebut, ternyata terjebak karena Belanda telah membohonginya. Sesampainya di Wisma Keresidenan, Pangeran Diponegoro ditangkap sekaligus dipisahkan secara paksa dari pengikutnya.

Pangeran Diponegoro tentu saja tidak siap melawan Belanda karena peristiwa penjebakannya yang sama sekali tak diketahui oleh beliau sebelumnya. Saat itu, beliau hanya pergi ditemani oleh orang kepercayaan dan pengikutnya yang sedikit. Imbas dari peristiwa penangkapan tersebut adalah, Perang Jawa yang telah dipimpin oleh Pangeran Diponegoro selama lima tahun harus dihentikan. Bagi Belanda, Perang Jawa merupakan perang yang nista bagi bangsa mereka karena telah banyak menewaskan pasukan Belanda hingga membuat kondisi ekonomi Belanda.

Usai ditangkap, Pangeran Diponegoro diasingkan oleh Belanda ke beberapa tempat, pertama ke Manado, lalu ke Sulawesi Utara dan yang terlama Pangeran Diponegoro diasingkan ke Benteng Fort Rotterdam, Makassar hingga menghembuskan nafas terakhirnya disana.

Peristiwa penting dan bersejarah tersebut, pertama kali diabadikan dalam bentuk lukisan pada tahun 1809-1860 oleh Nicolaas Pieneman, seorang pelukis litografer Belanda yang menjadi saksi sekaligus ditugaskan untuk mendokumentasikan penangkapan Pangeran Diponegoro waktu itu. Kemudian, pada tahun 1856 seorang pelukis terkenal asal Indonesia bernama Raden Saleh mencoba menggambarkan sketsa peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro dengan sudut pandang yang berbeda dari lukisan Nicolaas Pieneman, lalu lukisannya tersebut rampung di atas cat minyak dan kanvas setahun kemudian. Kini, lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh disimpan dengan baik di Istana Kepresidenan Yogyakarta.